Senin, 21 Juli 2014

SEJARAH KOPI DI INDONESIA




Kopi pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1696 dari jenis kopi Arabika. Kopi ini masuk melalui Batavia (sekarang Jakarta) yang dibawa oleh Komandan Pasukan Belanda Adrian Van Ommen dari Malabar - India, yang kemudian ditanam dan dikembangkan di tempat yang sekarang dikenal dengan Pondok Kopi -Jakarta Timur, dengan menggunakan tanah partikelir Kedaung. Sayangnya tanaman ini kemudian mati semua oleh banjir, maka tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat antara lain di Priangan, dan akhirnya menyebar ke berbagai bagian dikepulauan Indonesia seperti Sumatera, Bali, Sulawesi dan Timor.
Kopi pun kemudian menjadi komoditas dagang yang sangat diandalkan oleh VOC. Tahun 1706 Kopi Jawa diteliti oleh Belanda di Amsterdam, yang kemudian tahun 1714 hasil penelitian tersebut oleh Belanda diperkenalkan dan ditanam di Jardin des Plantes oleh Raja Louis XIV.
Ekspor kopi Indonesia pertama kami dilakukan pada tahun 1711 oleh VOC, dan dalam kurun waktu 10 tahun meningkat sampai 60 ton / tahun. Hindia Belanda saat itu menjadi perkebunan kopi pertama di luar Arab dan Ethiopia, yang menjadikan VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 – 1780. Kopi Jawa saat itu sangat tekenal di Eropa, sehingga orang-orang Eropa menyebutnya dengan “ secangkir Jawa”. Sampai pertengahan abad ke 19 Kopi Jawa menjadi kopi terbaik di dunia.
Produksi  kopi  di Jawa mengalami peningkatan yang cukup siginificant, tahun 1830 – 1834 produksi kopi Arabika mencapai 26.600 ton, dan 30 tahun kemudian meningkat menjadi 79.600 ton dan puncaknya tahun 1880 -1884 mencapai 94.400 ton.
Selama 1 3/4 (Satu – tiga perempat) abad kopi Arabika merupakan satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia. Tapi kemudian perkembangan budidaya kopi Arabika di Indonesia mengalami kemunduran hebat, dikarenakan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) , yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1876.  Akibatnya kopi Arabika yang dapat bertahan hidup hanya yang berada pada ketinggian 1000 m ke atas dari permukaan laut,  dimana serangan penyakit ini tidak begitu hebat.  Sisa-sisa tanaman kopi Arabika ini masih dijumpai di  dataran tinggi ijen (Jawa Timur) , Tanah Tinggi Toraja ( Sulawesi Selatan), lereng bagian atas Bukit Barisan ( Sumatera) seperti Mandhailing, Lintong dan Sidikalang di Sumatera Utara dan dataran tinggi Gayo di Nangroe Aceh Darussalam.
Untuk mengatasi serangan hama karat daun kemudian Pemerintah Belanda mendatangkan Kopi Liberika (Coffea Liberica) ke Indonesia pada tahun 1875. Namun ternyata jenis ini pun juga mudah diserang penyakit karat daun dan kurang bisa diterima di pasar karena rasanya yang terlalu asam. Sisa tanaman Liberica saat ini masih dapat dijumpai di daerah Jambi, Jawa Tengah dan Kalimantan.
Usaha selanjutnya dari Pemerintah Belanda adalah dengan mendatangkan kopi jenis Robusta ( Coffea Canephora) tahun 1900, yang ternyata tahan terhadap penyakit karat daun dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan , sedangkan produksinya jauh lebih tinggi . Maka kopi Robusta menjadi cepat berkembang menggantikan jenis Arabika khususnya di daerah – daerah dengan ketinggian di bawah 1000 m dpl dan mulai menyebar ke seluruh daerah baik di Jawa, Sumatera maupun ke Indonesia bagian timur.
Semenjak Pemerintah Hindia Belanda meninggalkan Indonesia, perkebunan rakyat terus tumbuh dan berkembang, sedangkan perkebunan swasta hanya bertahan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian kecil di Sumatera; dan perkebunan negara (PTPN) hanya tinggal di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Luar Areal dan produksi kopi Indonesia , tahun 1959 – 1968
TAHUN
LUAS (Ha)
PRODUKSI ( TON)

Perkebunan
Rakyat
Jumlah
Perkebunan
Rakyat
Jumlah
1959
47. 291
208. 877
256. 168
18. 998
65. 281
84. 279
1962
45. 126
242. 475
287. 601
12  559
99. 121
111. 680
1965
40. 356
259. 694
300. 050
19. 752
91. 457
111. 209
1968
38. 259
328. 378
366. 637
13. 824
143. 341
157. 165





Sumber: Balai Penelitian Perkebunan Jember, 1986
sumber:
- Ir. Mudrig Yahmadi / Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya & Pengolahan Kopi di Indonesia/ AEKI Jawa Timur/ PT. Bina Ilmu Offset, Nov 2007.
www.kopistory.com
- Gabriella Teggia & Mark Hanusz / a cup of Java /Equinox Publishing (Asia)Pte.Ltd, First Equinox Edition 2003.
- http://www.aeki-aice.org

SEJARAH JUS

Juice adalah cairan yang secara alami terkandung dalam buah dan sayuran . Di Inggris nama atau nama-nama buah diikuti oleh jus bisa hanya secara hukum digunakan untuk menggambarkan produk yang 100% jus buah.Namun, jus dibuat oleh membangun kembali konsentrat dapat disebut jus. Sebuah produk digambarkan sebagai buah "nektar" harus mengandung setidaknya 25% sampai 50% jus, tergantung pada buah. Sebuah jus atau nektar termasuk konsentrat harus menyatakan bahwa hal itu. The "minum jus" Istilah tidak didefinisikan dalam Peraturan dan dapat digunakan untuk menggambarkan setiap minuman yang termasuk jus, namun sedikit peraturan sebanding berlaku di semua negara anggota Uni Eropa dalam bahasa masing-masing. Di Amerika Serikat jus buah hanya dapat secara legal digunakan untuk menggambarkan produk yang 100% jus buah. Campuran jus buah dengan bahan lain, seperti tinggi fruktosa sirup jagung , disebut koktail jus atau minuman jus .

Jus sering dikonsumsi untuk dirasakan mereka manfaat kesehatan . Misalnya, jus jeruk kaya akan vitamin C , asam folat , kalium , merupakan sumber yang sangat baik dari bioavailable antioksidan fitokimia dan secara signifikan meningkatkan profil lipid darah pada orang yang terkena dengan hiperkolesterolemia.Jus Prune dikaitkan dengan kesehatan pencernaan menguntungkan. Jus cranberry telah lama dikenal untuk membantu mencegah atau bahkan mengobati kandung kemih infeksi, dan sekarang diketahui bahwa zat dalam cranberry mencegah bakteri dari mengikat ke kandung kemih.Banyak jus buah memiliki gula lebih tinggi ( fruktosa ) konten dari minuman ringan manis, misalnya, jus anggur khas memiliki gula 50% lebih dari Coca Cola .Sementara minuman ringan (misalnya Coca Cola) menyebabkan stres oksidatif ketika dicerna dan bahkan dapat menyebabkan resistensi insulin dalam jangka panjang, hal yang sama tidak dapat dikaitkan dengan jus buah. Sebaliknya, jus buah yang benar-benar dikenal karena kemampuan mereka untuk meningkatkan kapasitas antioksidan serum dan bahkan mengimbangi stres oksidatif dan peradangan yang biasanya disebabkan oleh makanan tinggi lemak dan tinggi gula.Jus buah konsumsi secara keseluruhan di Eropa , Australia , Selandia Baru dan Amerika Serikat telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, mungkin karena persepsi publik jus sebagai sumber alami yang sehat nutrisi dan kepentingan publik meningkat pada masalah kesehatan. Memang, buah asupan jus telah secara konsisten dikaitkan dengan penurunan risiko berbagai jenis kanker, mungkin melindungi terhadap stroke yang dan menunda timbulnya penyakit Alzheimer.  Persepsi jus buah komersial sebagai sama dalam manfaat kesehatan untuk buah segar telah dipertanyakan, terutama karena kekurangan serat dan sering sangat diproses . Tinggi-fruktosa sirup jagung , bahan koktail jus banyak, telah dikaitkan dengan kejadian peningkatan diabetes tipe II. Konsumsi tinggi jus juga terkait dengan kenaikan berat badan dalam beberapa studi, tetapi tidak pada orang lain. Dalam sebuah studi klinis terkontrol, konsumsi secara teratur jus anggur selama 12 minggu tidak menyebabkan kenaikan berat badan pada sukarelawan , namun konsumsi dari minuman ringan lakukan. Jus buah dalam jumlah moderat dapat membantu anak-anak dan orang dewasa memenuhi rekomendasi harian untuk konsumsi buah, asupan gizi dan kalori. The American Academy of Pediatrics mengatakan bahwa jus buah tidak boleh diberikan kepada bayi sebelum usia 6 bulan. Untuk anak-anak usia 1 sampai 6, asupan jus buah harus dibatasi pada 4 sampai 6 ons per hari (sekitar setengah sampai tiga-perempat cangkir). Memberikan anak-anak jus yang berlebihan dapat menyebabkan gizi buruk, diare, gas, sakit perut, kembung, dan kerusakan gigi. 





Sumber : http://healthyjuices.weebly.com